kok pada repot!....
disebuah gedung yang tinggi "kira-kira 100 tingkatlah", berkumpullah beberapa kelompok dengan tujuan ingin mencapai puncak.
awalnya beberapa kelompok itu menunggu di depan lift, tak lama kemudian
terdengar suara pukulan “mungkin dengan cara itu kelompok pemukul itu
bisa lebih leluasa di dalam lift dengan alasan lain 'mereka datang
lebih dulu’” (tak boleh ada di dalam lift selain kelompok kami)
*katanya*..
singkat cerita, kelompok itu bener berangkat bersama kelompoknya saja …. (berangkatlah dia *kita beri nama kelompok1*)
dalam waktu singkat setelah kelompok1 berangkat lewat lift, kelompok
yang lain “kelompok2-5” mencari jalan lain ‘dengan tujuan agar bisa
mendapatkan jalan cepat sampai ke atas pula’.
Singkat cerita.
Kelompok 2 mendapatkan jalan dengan menggunakan tangga darurat.
Kelompok 3 dengan menggunakan tangga berjalan.
Kelompok 4 menenmukan jalan dengan melewati saluran udara
Kelompok 5 kembali menunggu di depan lift
Tak lama kemudian, terdengar sura yang keluar dari saluran udara
Kelompok 4: “kurang ajar kelompok 1, kita juga harus dapat batunya,
padahal bukan kelompok kita yang dipukul (kelomok 5), padahal tadi kita
“semua kelompok” bisa sampai bersama-sama”
Terdengar suara dari dalam tangga berjalan
Kelompok 3: “ wah, kok di ungkit-ungkit, jalan saja sana biar cepat sampai” (dengan nada agak jengkel juga)
Kelompok lima membalas dengan jawaban
Kelompok 5: “kalian masih mending sudah dapat jalan, kami dah di pukul, menunggu lagi” (merintih kesakitan)
Lift “memanas”
Kelompok 1: masih ada yang mau mendapat pukulan?. Kenapa kalian pada rebut dibawah ceritakan kami. (ngomong di lantai 10)
Kelompok 2 mencoba mensterilkan keadaan
Kelompok 2: “sudah.. sudah… sudah…. Inikan sudah jalan”, *termasuk
kelompok lima yang sudah mengambil keputusan menunggu lift turun*
Sambung cerita
Suasana tidak bisa di sterilkan oleh kelompok 2, gedung mulai ribut,
entah siapa yang mau mengalah demi tujuan awal. Tuduh menuduh, sampai
saling menyalahkan kiri kanan (beruntung kalau tidak "kafir
mengkafirkan")
Akhirnya, perjalanan mampet ditengah jalan. Saling
haling-menghalangi, saling sikut-menyikut. Tak mau mengalah untuk sebuah
kemenangan “TUJUAN”, masing-masing keluar dari jalannya dan akhirnya
terjadilah pertumpahan darah, yang sampai sekarang ini anak cucu mereka
menceritakan kejadian berdarah itu yang juga mewarisi “sifat-sifatnya”.
jangan bertenkar persoalan perbedaan, tidak jadi masalah kalau setiap
individu memiliki jalan masing-masing, hanya saja perbedaan pendapat itu
jangan sampai berbuah perpecahan, karena yang sesungguhnya Tujuan-lah
yang menjadi hakekat utama.
bukan firman Tuhan “Fastabiqul Khaerat”
yang disampaikan sesama muslim, tetapi “wa ta’awanu ‘alal birri
wat-taqwa, wala ta’awanu ‘alal idzmi wal ‘uduwan”
T U J U A N
saya ulang T U J U A N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar